Situasi Timur Tengah Memanas, Biden Adakan Pembicaraan Keamanan

Situasi Timur Tengah Memanas, Biden Adakan Pembicaraan Keamanan

Presiden Amerika Serikat Joe Biden, pada Senin (5/8), membahas situasi ketegangan di Timur Tengah bersama dengan tim keamanan nasionalnya dan Raja Yordania Abdullah II. Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa musuh negaranya akan membayar “harga yang mahal” jika Iran atau proksi-proksinya di wilayah tersebut menyerang Israel.

Seorang juru bicara kementerian luar negeri Iran mengatakan dalam sebuah konferensi pers hari Senin bahwa Iran “tidak berusaha untuk memperburuk ketegangan di wilayah tersebut,” tetapi Iran memiliki hak untuk menghukum Israel setelah serangan pekan lalu yang menewaskan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran.

Iran menyalahkan Israel atas pembunuhan Haniyeh, yang terjadi beberapa jam setelah serangan udara Israel di Beirut yang menewaskan seorang komandan kelompok militan Hizbullah, yang seperti halnya Hamas, didukung oleh Iran.

Netanyahu mengatakan pada hari Minggu (4/8) bahwa Iran dan proksi-proksinya berusaha mengepung Israel “dalam cengkeraman terorisme.”

“Kami bertekad untuk melawan mereka di setiap lini dan di setiap arena, dekat atau jauh,” kata Netanyahu. “Siapa pun yang berusaha menyakiti kami akan membayar harga yang sangat mahal.”

Setelah Abdullah berbicara dengan Biden, kedutaan besar Yordania di Washington mengatakan bahwa raja “menekankan perlunya deeskalasi di wilayah tersebut dan menciptakan ketenangan yang komprehensif untuk mencegah perang regional.”

Abdullah “mengatakan bahwa mencapai gencatan senjata segera dan permanen untuk mengakhiri bencana di Gaza (perang Israel dengan Hamas) adalah langkah segera yang harus dilaksanakan sepenuhnya untuk menjaga keamanan regional dan mencegah perang dan konflik lebih lanjut.”

Gedung Putih mengatakan bahwa Biden “menegaskan dukungan AS yang tak tergoyahkan untuk Yordania sebagai mitra dan sekutu dalam mempromosikan perdamaian dan keamanan regional.”

Sementara itu, Turki dan Jepang menyarankan warganya pada hari Senin untuk meninggalkan Lebanon, bergabung dengan Amerika Serikat, Prancis, Kanada, Inggris, dan Yordania dalam memperingatkan potensi bahaya. [th/ka]

Beberapa informasi dalam laporan ini berasal dari The Associated Press, Agence France-Presse dan Reuters.