Israel melancarkan serangan udara di Tepi Barat yang diduduki pada Jumat (30/8) saat operasi militer berskala besar memasuki hari ketiga, dengan kedua belah pihak melaporkan sedikitnya 16 warga Palestina tewas.
Sementara itu, seorang pejabat tinggi bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mempertanyakan “ada apa dengan kemanusiaan dasar kita,” saat perang berkecamuk di Gaza dan operasi kemanusiaan PBB terus berjuang untuk merespons.
Sebelumnya PBB telah memperingatkan bahwa operasi militer yang dilancarkan Israel di Tepi Barat pada Rabu pagi “memicu situasi yang sudah meledak” di wilayah itu dan mendesak Israel untuk mengakhirinya.
Di Amerika Serikat, Wakil Presiden Kamala Harris berjanji dia tidak akan mengubah kebijakan Washington untuk memasok senjata ke Israel jika terpilih menjadi pejabat tinggi pada November. Namun dia menekankan sudah waktunya untuk “mengakhiri perang ini.”
Israel telah menggambarkan serangannya di kota-kota dan kamp-kamp pengungsi di seluruh Tepi Barat utara sebagai operasi “kontraterorisme”.
Pasukan Israel telah menewaskan sedikitnya 16 warga Palestina dalam serangan sejak Rabu, jumlah korban yang dikonfirmasi oleh kementerian kesehatan Palestina.
Militer mengatakan salah satu “pesawatnya menyerang sel teroris” di dekat kota Jenin pada Jumat pagi. Pihak militer tidak segera memberikan keterangan lebih lanjut.
Seorang wartawan AFP melaporkan ledakan keras dari kamp pengungsi kota itu dan kepulan asap tebal mengepul dari daerah itu.
Pasukan Israel mundur dari kota-kota Tepi Barat lainnya pada Kamis malam, tetapi pertempuran masih berkecamuk di sekitar kota Jenin, yang telah lama menjadi pusat aktivitas militan.
‘Penghentian sementara’ vaksinasi
Di Gaza, artileri Israel menghantam wilayah barat Kota Gaza pada Jumat pagi, kata seorang wartawan AFPsementara sumber medis di Rumah Sakit Nasser selatan mengatakan serangan Israel menewaskan tiga orang di dekat kota selatan Khan Yunis.
Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengatakan Israel telah menyetujui setidaknya tiga hari “penghentian sementara kemanusiaan” di beberapa bagian Gaza, mulai Minggu (1 September), untuk memfasilitasi program vaksinasi setelah kasus polio pertama dalam seperempat abad kembali tercatat di wilayah itu.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan langkah tersebut “bukanlah gencatan senjata” dalam perang yang telah berlangsung hampir 11 bulan yang dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober.
Di Tepi Barat, militer mengatakan telah menewaskan tujuh militan pada Kamis, termasuk lima militan di kamp pengungsi Tulkarem.
Sebuah pernyataan militer mengatakan salah satu dari kelima orang tersebut adalah Muhammad Jaber, yang juga dikenal sebagai Abu Shujaa, yang menurut kelompok militan Palestina Jihad Islam adalah komandannya di kamp pengungsi Nur Shams di dekatnya.
Dua militan lainnya tewas di Jenin pada hari Kamis, kata militer.
Serangan Israel telah menyebabkan kerusakan yang signifikan, terutama di Tulkarem, di mana gubernur setempat Mustafa Taqatqa menggambarkan serangan itu sebagai “belum pernah terjadi sebelumnya” dan merupakan “sinyal berbahaya.”
Kelompok advokasi Klub Tahanan Palestina mengatakan sedikitnya 45 orang telah ditahan di Tepi Barat sejak hari Rabu. Seorang juru bicara militer Israel mengatakan “10 orang yang dicari telah ditangkap.”
Kekerasan telah meningkat di Tepi Barat sejak serangan Hamas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tanggal 7 Oktober terhadap Israel memicu perang di Gaza.
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan pada Rabu bahwa sedikitnya 637 warga Palestina telah tewas di wilayah tersebut oleh pasukan atau pemukim Israel sejak perang Gaza dimulai.
Sembilan belas warga Israel, termasuk tentara, telah tewas dalam serangan Palestina atau selama operasi militer selama periode yang sama, menurut angka resmi Israel.
Pejabat PBB: Hilangnya rasa kemanusiaan yang mendasar
Di Gaza, militer Israel mengatakan pada hari Kamis bahwa mereka telah “melenyapkan puluhan” militan dalam satu hari pertempuran dan serangan.
Penembakan Israel di kamp pengungsi Jabalia menewaskan dua orang pada hari Jumat, kata badan pertahanan sipil di wilayah yang diperintah Hamas.
PBB harus menghentikan pergerakan bantuan dan pekerja bantuan di Gaza pada hari Senin karena perintah evakuasi Israel yang baru untuk wilayah Deir el-Balah, yang telah menjadi pusat bagi para pekerjanya.
“Lebih dari 88 persen wilayah Gaza telah berada di bawah perintah (Israel) untuk dievakuasi pada suatu saat,” kata penjabat kepala kantor kemanusiaan PBB, Joyce Msuya.
Dia mengatakan warga sipil dipaksa masuk ke hanya 11% dari Jalur Gaza, yang sudah menjadi salah satu wilayah terpadat di dunia sebelum perang.
“Apa yang telah kita saksikan selama 11 bulan terakhir… menimbulkan pertanyaan mengenai komitmen dunia terhadap tatanan hukum internasional yang dirancang untuk mencegah tragedi ini,” kata Msuya.
“Hal ini memaksa kita untuk bertanya: apa yang telah terjadi dengan rasa kemanusiaan dasar kita?,” tanyanya.
Serangan Hamas pada 7 Oktober mengakibatkan kematian 1.199 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.
Militan Palestina juga menangkap 251 sandera, 103 di antaranya masih ditawan di Gaza termasuk 33 orang yang menurut militer Israel telah tewas.
Kampanye militer balasan Israel telah menewaskan sedikitnya 40.602 orang di Gaza, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut. Kantor hak asasi PBB mengatakan sebagian besar yang tewas adalah wanita dan anak-anak.
Perang tersebut telah menghancurkan Gaza, berulang kali menyebabkan sebagian besar dari 2,4 juta penduduknya mengungsi dan memicu krisis kemanusiaan.
Di Gaza bagian tengah, sejumlah warga Palestina kembali ke beberapa bagian Deir el-Balah setelah militer mengubah perintah evakuasi sebelumnya.
Mohamed Abu Thuria berkata kepada AFP bahwa ia “menemukan kerusakan besar di mana-mana.”
Seorang warga Gaza lain yang mengungsi di kota Deir el-Balah, Ibrahim al-Tabaan, mengatakan: “Kami telah kehilangan segalanya.” [pp/ft]