MajalahTime.com Technoz, Jakarta – Eramet SA melalui Eramet Indonesia mengonfirmasi tengah melakukan diskusi dengan berbagai pihak untuk menggarap proyek penghiliran nikel di Tanah Air, salah satunya Zhejiang Huayou Cobalt Co.
Namun, Direktur Eramet Indonesia Bruno Faour enggan menjelaskan dengan lengkap ihwal topik lobi-lobi yang dilakukan dengan perusahaan asal China tersebut, termasuk apakah pembahasan mencakup penjajakan kemitraan untuk memproduksi nikel untuk baterai di Indonesia.
Dalam kaitan itu, Eramet menyatakan berkomitmen untuk mempelajari semua opsi yang ada, termasuk smelter berbasis hidrometalurgi atau high pressure acid leach (HPAL). Namun, Eramet menggarisbawahi belum memiliki komitmen untuk membangun smelter HPAL di Tanah Air.
“Kami ingin masuk ke HPAL, kami mencari mitra untuk melakukan itu. Jadi kami berdiskusi dengan banyak orang. Huayou adalah mitra utama, perusahaan itu berada di PT Indonesia Weda Bay Industrial Park [IWIP], dekat dengan [perusahaan patungan Eramet dengan Tsingshan dan Antam] PT Weda Bay Nickel. Kami berdiskusi dengan mereka, tetapi tidak ada komentar tentang apa yang kami diskusikan dengan mereka, seperti halnya dengan apa yang dapat kami diskusikan dengan pihak lain,” ujar Faour dalam wawancara bersama MajalahTime.com Technoz, baru-baru ini.
Faour memastikan hingga saat ini Eramet juga belum melakukan penandatanganan perjanjian komitmen dengan siapapun, termasuk dengan Huayou, tetapi melakukan diskusi dengan semua pihak yang siap mengembangkan rencana HPAL secara berkelanjutan.
Baca Juga
-
Bos Eramet Bicara Riuh Sonic Bay hingga Nasib Nikel Era Prabowo
-
Eramet dan Huayou Jajaki Kemitraan Produksi Nikel untuk EV RI
-
Usai Sonic Bay, Eramet Tetap Bisa Jual Nikel ke Pabrik EV