MAJALAHTIME.COM – Pada Oktober 2024, CSA Index mencatatkan angka 76,09, menguat dibandingkan September yang hanya mencapai 61,4, (7/9/24).
Kenaikan ini mencerminkan peningkatan optimisme pelaku pasar yang sudah terlihat sejak Agustus, menunjukkan bahwa tren positif masih terus berlanjut.
Sentimen ini didorong oleh berbagai faktor, termasuk penurunan suku bunga dan penguatan Rupiah.
Poin Utama:
- CSA Index Oktober 2024 mencapai level 76,09, naik signifikan dari bulan sebelumnya.
- Sentimen positif terhadap pemerintahan baru diprediksi akan mendorong pasar.
- Penguatan Rupiah dan penurunan suku bunga semakin diapresiasi pelaku pasar.
- Data dikumpulkan 13-30 September 2024.
Pasar keuangan menyambut optimisme ini dengan baik, terutama menjelang pergantian kepemimpinan nasional di bulan Oktober.
Banyak pihak berharap bahwa pemerintahan baru akan memperkenalkan kebijakan-kebijakan yang mampu memacu pertumbuhan ekonomi dan mendukung pergerakan pasar ke arah yang lebih baik.
Dilansir dari Telegraf NS. Aji Martono, Ketua Umum Propami, turut menanggapi hasil CSA Index Oktober 2024.
Ia menyatakan, “CSA Index Oktober 2024, pelaku pasar optimis untuk IHSG terus menguat seiring dengan kinerja fundamental.”
Namun, di tengah optimisme lokal, ada tantangan global yang perlu diantisipasi.
Pertumbuhan ekonomi dunia mengalami perlambatan yang terkoordinasi, atau yang dikenal dengan istilah “synchronized slowdown”.
Di Amerika Serikat, The Fed telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk 2024, bersamaan dengan kenaikan angka pengangguran dan penurunan inflasi.
Di Tiongkok, pemulihan ekonomi yang semula kuat mulai kehilangan momentum, khususnya di sektor produksi yang sebelumnya menjadi penggerak utama.
Langkah-langkah responsif dari bank sentral di berbagai negara untuk menurunkan suku bunga secara agresif pun mulai terlihat.
The Fed menurunkan suku bunga sebesar 50 bps, langkah besar yang terakhir kali diambil pada saat krisis keuangan global 2008 dan pandemi 2020.
Di Tiongkok, PBoC juga melakukan pemangkasan suku bunga untuk menjaga stabilitas ekonomi.
Kebijakan moneter global yang lebih akomodatif ini meningkatkan likuiditas di pasar keuangan, yang akhirnya mendorong penguatan pasar keuangan global, termasuk di negara-negara emerging market seperti Indonesia.
Di Indonesia, meskipun ada penurunan tingkat optimisme dari 88,6% pada September menjadi 78,26% di Oktober, mayoritas pelaku pasar masih optimis terhadap kinerja IHSG dalam 12 bulan mendatang.
Mereka menargetkan IHSG bisa mencapai level 8243, yang merupakan target tertinggi dalam 10 bulan terakhir.
Prospek penguatan IHSG didukung oleh kinerja fundamental yang kuat di beberapa sektor serta keyakinan bahwa pasar masih memiliki potensi untuk tumbuh lebih lanjut.
Sektor yang dianggap sebagai motor utama pergerakan IHSG di Oktober adalah sektor Financial, yang terus menjadi favorit pelaku pasar dalam beberapa bulan terakhir, diikuti oleh sektor Energy.
Kedua sektor ini dipandang sebagai pilihan investasi yang kuat karena memiliki emiten-emiten dengan kapitalisasi pasar besar serta stabil, sehingga dianggap mampu mendorong IHSG ke level yang lebih tinggi.
Secara keseluruhan, optimisme yang tercermin dalam CSA Index mengindikasikan bahwa meskipun ada tantangan global, prospek ekonomi Indonesia tetap positif, didukung oleh kebijakan moneter global yang akomodatif, penguatan Rupiah, serta stabilitas pasar keuangan domestik.